Saat Satpam Memberi Pelajaran Soal Rezeki
ARTIKEL KE 872
Satpam dan Rezeki
Dunia ini adalah madrasah terbesar, tak hanya di bangku sekolah kita mendapatkan pelajaran tapi juga lewat orang-orang yang kita temui dalam keseharian kita. Orang itupun tak mesti bergelar tinggi, punya latar belakang akademik yang cemerlang dan ilmu yang mumpuni tapi justru orang-orang yang biasa kita pandang sebelah mata ini memberi banyak pelajaran hidup termasuk soal rezeki. Saya pernah menulis bagaimana perbincangan dengan tukang rujak ini memberi pelajaran rezeki yang sangat berharga. Bagaimana tukang becak yang sering diremehkan ini malah berezeki baik. Bagaimana Mbah Jum si tukang pijit bayi yang nyambi jualan, dagangan tempenya laris manis dalam 2 jam. Bagaimana semangkuk soto yang harganya gak seberapa malah bisa melapangkan rezeki? Bagaimana ibu tukang cuci ini tiap tahun gak pernah lepas kurban? Ini semua adalah cerita dari orang-orang yang sederhana tapi rezekinya lancar dan hidupnya nyaman meski secara kasat mata mereka tak berlebih materi. Karena tak perlu harta banyak untuk mulia..
Pembaca..
Ini salah satu kisah pengalaman seorang teman yang dibaginya di medsos pagi ini:
Dipermalukan dan Dikasih Pelajaran Satpam KPP.
Kemarin siang saya dan Tim visit ke Kantor Pelayanan Pajak Gedung Sudirman dalam rangka menemui Tim Pemeriksa. Seperti biasa kita masuk ke area kantor dan diberikan kartu parkir dan alhamdulillah kita mendapat lokasi parkir di lantai SB.
Setelah diskusi ini itu dengan tim Pemeriksa tibalah saatnya adzan Dhuhur berkumandang. Seperti kebanyakan kantor di lingkungan Kementerian Keuangan, begitu terdengar suara adzan, sebagian besar pegawai muslim saling berlomba-lomba menuju masjid lantai 2 untuk menjalankan ibadah sholat Dhuhur berjamaah. Selesai sholat jamaah dilanjutkan dengan kajian siang dan tema yang dibawakan oleh Pak Ustadz siang itu adalah tentang salah satu Asmaul Husna yaitu Ar Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).
Salah satu bahasan dalam kajian siang ini adalah bahwa rezeki manusia itu sudah ditakar dan rezeki itulah yang akan mencari kita sama seperti ajal. Jadi kalau rezeki itu sudah menjadi takaran kita, maka rezeki itu akan datang dengan sendirinya kepada kita sebelum ajal datang menjemput.
Setelah diskusi ini itu dengan tim Pemeriksa tibalah saatnya adzan Dhuhur berkumandang. Seperti kebanyakan kantor di lingkungan Kementerian Keuangan, begitu terdengar suara adzan, sebagian besar pegawai muslim saling berlomba-lomba menuju masjid lantai 2 untuk menjalankan ibadah sholat Dhuhur berjamaah. Selesai sholat jamaah dilanjutkan dengan kajian siang dan tema yang dibawakan oleh Pak Ustadz siang itu adalah tentang salah satu Asmaul Husna yaitu Ar Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).
Salah satu bahasan dalam kajian siang ini adalah bahwa rezeki manusia itu sudah ditakar dan rezeki itulah yang akan mencari kita sama seperti ajal. Jadi kalau rezeki itu sudah menjadi takaran kita, maka rezeki itu akan datang dengan sendirinya kepada kita sebelum ajal datang menjemput.
Takkan datang ajal sebelum rezeki habis dibagi..
Karena ada urusan pekerjaan ditempat lain, saya tidak sempat selesai mengikuti kajian siang itu sehingga materinya yang saya terimapun belum tuntas. Sayapun memutuskan keluar masjid lantai 2 menuju ke lantai parkiran SB untuk mengambil mobil dan balik ke kantor di kawasan damai Jurangmangu.
Setelah menyalakan mobil, menghidupkan AC, saya keluar dari lingkungan KPP. Seperti biasanya kalau keluar kantor ini, saya harus mengembalikan kartu parkir warna biru tua kepada Petugas Satpam yang berjaga di pintu keluar. Siang kemarin saya seperti biasanya menyelipkan uang 5 ribu sebagai uang parkir untuk petugas Satpam yang menjaga pos. Menurutku uang 5 ribu itu sangat murah sekali dibandingkan jika saya harus parkir di gedung sebelah KPP (CIMB, Energy atau Gedung Mandiri) yang bisa mencapai Rp 20 ribu untuk 4 jam parkir.
Lalu apa yang mempermalukan dan pelajaran apa yang saya dapat?
Pas saya kasih kartu parkir dan uangnya, Pak Satpam dengan senyum ramahnya mengatakan "Kartunya saja Pak, terima kasih." Demikian pula waktu saya kasih untuk satpam yang mengatur jalan keluar Sudirman. "Ngak usah Pak, terima kasih" jawabnya sambil senyum dan kembali mengatur jalan keluar mobil saya memasuki Jalan Sudirman yang selalu padat.
Sungguh saya merasa dipermalukan dan diberikan pelajaran berharga siang itu. Pak Satpam (dalam persepsi pribadi saya), adalah profesi dengan gaji yang tidak seberapa besar, tetapi beliau-beliau itu ikhlas dan menerima kadar rezekinya sejumlah itu dan menolak apa yang menurutnya bukan jatahnya (baca: kalo bisa beli mengapa minta gratisan?). Sementata saya, dengan rezeki yang alhamdulillah lebih banyak dari pak satpam tadi, masih sering merasa kekurangan dengan sibuk mencari kesana kemari...
Bukan rezekinya yang kurang tapi mungkin syukurnya..
Lha kok pas dengan kajian dimasjid tadi?
Lha kok pas dengan kajian dimasjid tadi?
Semoga Bapak-bapak Satpam kemarin itu selalu diberikan rezeki kesehatan, keselamatan, anak-anak yang sholeh dan kehidupan yang penuh berkah.
Juga buat pembaca blog lancarrezeki.blogspot.com ini yang mendapat pelajaran rezeki dari pak Satpam itu...
Aamiin
Wallahu alam
Gabung dalam percakapan